Sekelompok 15 penjinak ranjau Ukraina, Jumat (20/1), menyelesaikan pelatihan selama seminggu di Kamboja, di mana para ahli yang telah berpengalaman membersihkan ladang ranjau di salah satu negara paling terkontaminasi di dunia itu berbagi keahlian mereka dengan para pendatang baru dalam pekerjaan berbahaya tersebut.
Kamboja masih dipenuhi ranjau akibat tiga dekade perang dan konflik internal yang berakhir pada 1998, sedangkan masalah di Ukraina merupakan masalah baru sejak invasi Rusia tahun lalu.
Penjinak ranjau Ukraina Stanislav Kulykiusky mengatakan kepada wartawan bahwa timnya berterima kasih atas pelatihan tersebut, dengan mengatakan bahwa di Ukraina sudah ada 64 penjinak ranjau terluka dan 13 tewas dalam menjalankan tugas mereka
LSM Landmine Monitor dalam laporannya tahun 2022 mencantumkan Kamboja dan Ukraina di antara sembilan negara paling terkontaminasi ranjau, yang berarti mereka memiliki lebih dari 100 kilometer persegi lahan yang belum dibersihkan dari ranjau.
Kulykiusky mengatakan bahwa tantangan utama bagi penjinak ranjau Ukraina adalah skala pekerjaannya, tetapi sangat penting untuk memastikan semua ranjau dibersihkan sebelum orang kembali ke desa dan pertanian mereka. “Ini adalah prasyarat pemulihan wilayah,” katanya.
Para pembersih ranjau Kamboja termasuk yang paling berpengalaman di dunia, dan beberapa ribu dari mereka telah dikirim dalam dekade terakhir untuk bekerja di Afrika dan Timur Tengah di bawah naungan PBB.
Tim Ukraina telah berada di beberapa lokasi yang berbeda selama seminggu terakhir untuk belajar menggunakan detektor ranjau canggih Jepang yang dikenal sebagai Sistem Pencitraan Ranjau Darat Tingkat Lanjut.
Dikembangkan di Universitas Tohoku, perangkat genggam ini terdiri dari detektor logam dengan radar penembus tanah terintegrasi yang dapat membantu penjinak ranjau mendeteksi dan mengidentifikasi ranjau yang terkubur.
Pada hari Jumat, kelompok tersebut mengunjungi sebuah museum yang didedikasikan untuk menjelaskan berbagai ranjau darat dan amunisi yang belum meledak yang ditemukan di Kamboja, kemudian mengikuti pelatihan praktis di lokasi di dekatnya.
Mereka mengakhiri perjalanan mereka pada hari Sabtu dengan satu hari libur pelatihan untuk mengunjungi kompleks candi Angkor Wat yang terkenal di Kamboja sebelum kembali ke Ukraina. [ab/lt]
Sumber: www.voaindonesia.com